Minggu pukul 21:00 tanggal 27 Desember 2008, aku celingak celinguk di daerah barito lebih tepatnya didekat burger blenger.  Rencananya mau ke Ujung Kulon (UK) jadi janjian sama Andris dan temannya padahal aku belum kenal sama sekali hanya kenal lewat internet saja, setelah menunggu sekitar 15 menit datanglah Andris dan mengajakku untuk bertemu temannya yaitu Wahyu yang ternyata akan ikut ke UK. Maka lokasi pertemuan berpindah ke Rakata Adventure di sekitar tempat itu karena Wahyu kebetulan bekerja disana, setelah berdiskusi tentang jadwal, perlengkapan dan budget yang akan dibawa, maka ditetapkan jadwal keberangkatan pada tanggal 30 Desember 2008 pukul 5 pagi dan kumpul di Rakata.

Tanggal 29 Desember sekitar pukul 18:00 Andris menelepon bahwa jadwal keberangkatan dimajukan menjadi hari ini pukul 23:00, langsung aku mengiyakan berhubung semua perlengkapan sudah siap tersusun rapi di dalam carrier (halah…. bilang aja emang udah niat.. hehehe…). Pukul 21:00 aku sudah tiba di Rakata dan bersiap – siap untuk berangkat, ternyata teman si Wahyu yaitu Vera berencana juga ikut ke UK. Maka setelah mengantar Vera kerumahnya di daerah tanjung priok untuk mempersiapkan baju dan perlengkapannya  kami ber4 langsung meluncur ke jalan tol…… dan petualangan pun dimulai…..Tepat pada pukul 23:00.

nb : untuk memperbesar foto langsung di klik saja di fotonya


Jakarta – Taman Jaya

Tak berapa lama kami memasuki jalan tol kami parkir sebentar di tempat peristirahatan untuk meminum obat anti malaria, karena UK terkenal sebagai salah satu lumbungnya malaria. Dan Wahyu sempat2nya meminta kopi dan roti pada temannya di starbuck di tempat itu, asik2 buat nambah perbekalan…..

Setelah semua siap kami melanjutkan perjalanan dan kami memilih melalui Serang karena itu juga mengikuti anjuran si GPS yang terpasang di JK ( JK = adalah nama mobilnya Andris hehehe… ) GPS mengarahkan kita ke Sumur  melalui jalur terdekat yang dapat dilalui kendaraan beroda 4. Awalnya sih jalan biasa2 saja namun setelah keluar dari pintu tol sekitar pukul 02:00  di daerah serang GPS mengarahkan kita untuk melewati jalan2 pintas yang gelapnya minta ampun, belum lagi rumah2 penduduk yang semakin jarang dan juga GPS kadang mengarahkan kita ke area persawahan atau perkebunan yang tidak jelas namun tetap dapat dilalui kendaraan roda 4 dan kita tidak tau ini jalan berada di daerah mana ( bukan rute offroad loh ) Lah bagaimana kita bisa tau jelas daerahnya….? wong kanan kiri jalan engga bisa ngeliat apa2 saking gelapnya ditambah naik turun bukit serta jalan yang berkelok kelok, hujan ditambah pula turunnya kabut….. itu sudah paling komplit. Dan semisal GPS mendadak mati  kita pasti tersasar di jalanan antah berantah tersebut….Hiii…… Tapi seru loh…… 🙂

Sekitar pukul 04:30 pagi kami memasuki daerah Cigelis dan bertemu dengan jalan utama horee… horeee…. jadi tidak terlalu khawatir mobil akan masuk parit atau mungkin jurang seperti jalan2 yang kita lewati tadi. Tak lama kemudian Wahyu mengantikan Andris untuk mengendalikan JK karena Andris harus beristirahat, naaa kalo si Vera….? Tetep aja molor hehehe…..

Pukul 05:00 tanggal 29 Des’ kami beristirahat sejenak di sebuah warung ( di daerah Sumur ) untuk leyeh2 dan makan indomie rebus sekedar tuk menghangatkan badan…. 😀 Halah… bilang aja laper… hehehe… Sekitar pukul 06:40 kami kembali berjalan menuju Taman Jaya. Dan GPS pun dirubah tujuannya menjadi rute Sumur – Taman Jaya.

area persawahan

area persawahan

Dalam perjalanan kami disambut dengan pemandangan area persawahan dan perkebunan yang bagus juga pemandangan laut utara yang indah serta disuguhkan pula beberapa muara sungai yang airnya sangat jernih. Serasa ingin mandi jadinya pasti suegernya minta ampun…..  lagi pula kami belum mandi semua………. hehehe….

Setelah sedikit kebingungan padahal sudah masuk daerah Taman Jaya loh..? Kok engga sampai2 ya…? Apalagi setelah sempat melewati beberapa perkampungan kami memutuskan bertanya kepada penduduk sekitar ” Pak mau tanya, rumah pak Komar dimana ya…? ” dan ia bilang ” oh terus saja masih sekitar 4 Km lagi ” Dan kami sempat menelepon pak Komar menanyakan posisi rumahnya dan benar masih terus saja serta terletak di sebelah kanan jalan. Wah bisa cepet sampai nih pikir kami semua namun teryata rute yang harus dilalui berubah 180 derajat menjadi medan offroad, untung JK dapat melaluinya walaupun sempat berendam  dan mentok2…. hehehe…. serasa naik kuda.

Jalur offroad

Jalur offroad

tancap terus JK..!!!

tancap terus JK..!!!

waduh aku ditinggal

waduh aku ditinggal

Penginapan Sunda Jaya

Penginapan Sunda Jaya

Ahirnya Pukul 08:00 kami tiba di tempat pak Komar – di penginapan Sunda Jaya untuk beristirahat sejenak  dan mandi2 hehehe… dari pada mandi di muara sungai yang tadi kita lewati mandi di penginapan ini jauh lebih baik. Ternyata di penginapan Sunda Jaya ini ada 2 orang yang akan berlibur di UK juga yaitu Tieca dan Nawang, maka kami sepakat untuk menyewa kapal ke pulau Peucang bersama agar lebih murah. Tak lama kemudian ada 6 orang lagi asal jakarta yang datang dan tentu saja kami ajak bergabung agar patungan sewa kapalnya dapat lebih murah lagi dan harga sewa kapal dari Taman Jaya – Peucang : 1.500.000,-  Untuk harga penginapan perharinya di Sunda Jaya ini dikenakan tarif : 50.000 saja dan makan sekitar : 15.000 perorangnya, …hehehe…… namanya juga backpacker cari yang murah2 dah meriah itu halal kok dan tidak dilarang……. 🙂

Taman Jaya – Peucang

Dermaga Taman Jaya

Dermaga Taman Jaya

Setelah makan siang pada pukul 13:30 kami dengan jumlah total rombongan sebanyak 12 orang ini bersiap berangkat ke pulau Peucang namun karena ombak yang terlalu tinggi kapal tidak bisa merapat di dermaga Taman Jaya, maka lokasi penjemputan kapal dipindahkan ke daerah perkampungan nelayan di Taman Jaya dan harus menggunakan sampan untuk menaiki kapal utama. Kami menyewa sebuah pick up untuk menuju perkampungan tersebut dan tentu saja free alias gretong alias gratis… hehehe….. 🙂

Loading barang ke kano

Loading barang

Setiba di perkampungan tersebut barang2 diangkut terlebih dahulu menggunakan sampan ke kapal utama baru kemudian para turis….. halah…. Maksudnya setelah barang diantar ke kapal, baru kami bisa menaiki sampan tersebut dikarenakan kapasitas sampan yang tidak terlalu besar. Setelah bersusah payah melawan ombak yang besar di sekitar pantai kami akhirnya dapat mencapai kapal utama dan sempat pula sampan tidak maju2 karena besarnya ombak. Setelah semua dapat diatasi kami bersiap melanjutkan perjalanan ke pulau Peucang.

Kapal2 nelayan

Kapal2 nelayan

Rombongan ke Peucang

Siap2 ke Peucang

Naik sampan dulu

Naik sampan dulu

Pukul 14:05 kami berangkat dengan kapal utama menuju pulau Peucang dan seperti yang diperkirakan ombak memang tinggi mungkin sekitar 2 – 3 meter tingginya ditambah hujan gerimis dan suasana perjalanan yang selalu mendung untung saja tidak terjadi badai.

Menuju Peucang

Menuju Peucang

Namun setelah mendekati pulau Peucang laut kembali bersahabat dan kami pun sempat disuguhkan atraksi dari seekor lumba2 di sisi sebelah kanan kapal yang melompat dari dalam air, yang seakan akan berkata ” Selamat datang di pulau Peucang “. Waaahh sungguh menyenangkan…… melihat lumba lumba tersebut di habitat aslinya dari pada kita melihatnya berlompatan di ancol. Ketika mendekati demaga di pulau Peucang kami sempat berpapasan dengan kapal nelayan yang sedang memancing ikan. Tanpa buang waktu kami segera bertanya kepada nelayan tersebut apakah ikan hasil tangkapannya di jual? Dan memang benar dijual ….. tapi mahal sekali seekor ikan kue dihargai : 50.000 dan tidak bisa ditawar…. hiks…. pupus sudah harapan kami untuk bakar ikan malam nanti sebagai menu utama, karena terlalu mahal kami terpaksa dengan berat hati membatalkannya….

Hiks... ikannya mahal

Hiks... ikannya mahal banget

Dermaga pulau Peucang

Dermaga pulau Peucang

Tiba di pulau Peucang

Kapal merapat di pulau Peucang

Setelah kapal kami merapat di dermaga pulau Peucang kami segera melakukan pendaftaran pada petugas taman nasional, dimana  tempat pendaftaran pengunjung Taman Nasional ujung kulon ini  memang berada di pulau tersebut. Kami juga sempat melihat lihat beberapa tempat penginapan milik taman nasional dari berbagai merk mulai dari yang seharga : 600.000,- / 700.000,- lengkap dengan fasilitas ac dan air panas untuk mandinya, cotage seharga : 300.000,- an serta barak yang dapat menampung sekitar 6 – 8 orang sekaligus dengan harga : 150.000,- perharinya.

pos pendaftaran

pos pendaftaran

Kini saatnya kita berembuk ingin menginap dimana untuk malam ini tetap di pulau Peucang atau treking ke Cibom dan setelah di sepakati kami akan treking serta mendirikan tenda di Cibom, untuk membuka tenda di Cibom kami dikenakan biaya : 10.000,- dan tentu ini jauh lebih murah dari pada menginap di resort atau barak2 tersebut. Oh ya untuk treking ke Cibom kita diwajibkan menyewa guide yang bisa didapat di taman nasional atau mengunakan guide lokal usulan dari pak Komar dengan harga : 100.000,- perharinya. Fungsi guide adalah mengawal kita selama melakukan perjalanan / treking sebagai penunjuk jalan dan memasak selama perjalanan serta mencuci piring2 kotor bekas makan, mereka (guide) ternyata sudah membawa perlengkapan alat memasak yang komplit termasuk piring, gelas serta panci2 untuk menanak nasi kecuali kompor karena mereka terbiasa mengunakan kayu bakar yang di dapat dari dahan2 kering di sekitar hutan. Di pulau Peucang ini terdapat beberapa hewan seperti Rusa, burung merak, burung rangkong dan kera2 yang sangat usil, pokoknya semua barang jangan sampai berceceran di pulau ini pasti akan disikat oleh kera2 tersebut seperti makanan, minuman kaleng, kornet  kalengan bahkan handphone pun dapat dengan cepatnya di ambilnya dan dibawa lari kedalam hutan.

Padang pengembalaan

Padang pengembalaan

Si kera dan anaknya

Si kera dan anaknya

Resort Peucang

Resort Peucang - Ujung Kulon

Sunset

Sunset

Setelah proses registrasi selesai kami kembali berlayar… halah… seperti pelaut saja… hehehe… 🙂

Oh ya,  Nawang tidak ikut dalam perjalanan ini karena ia memilih menginap di kapal dimana di kapal ini juga disediakan kamar, toilet dan bahkan dapur untuk memasak dan ia mengatakan ingin senorkeling di pulau Peucang besok, maka kami tinggal berlima saja yang kembali menaiki kapal untuk menyeberang ke Cidaun, karena untuk menuju Cibom dermaga hanya terdapat di Cidaun. Dalam perjalanan kami disuguhkan  pemandangan sunset yang sangat bagus, yang kami amati dari atas kapal. Setelah tiba di Cidaun kami memutuskan untuk menginap di pondok  atau pos penjaga yang kebetulan kosong, karena hari sudah terlalu sore untuk melanjutkan perjalanan ke Cibom. Pada malam hari kami sempat dikunjungi oleh pak Iwan dari WWF yang sedang melakukan pengamatan badak jawa dengan timnya di dalam hutan. Yang menurutnya baru ditemukan beberapa jejak baru dari anak2 badak yang kemungkinan baru dilahirkan dan kami berbincang bincang sampai malam sambil mendengarkan keterangan pak Iwan tentang Ujung Kulon dan fauna serta tumbuhan2 yang berada di sana.

Cidaun – Cibom

Pukul 06:00 saat aku bangun ternyata Tieca dan Vera sudah berjalan jalan di sekitar pantai tinggal Andris dan Wahyu yang masih molor… hehehe.. Setelah sarapan sekitar pukul 07:00 pagi kami mempersiapkan barang2 untuk melanjutkan perjalanan menuju Cibom dan sempat bermain main di sekitar pantai Cidaun.

Dermaga Cidaun

Dermaga Cidaun

Sekitar pukul 09:15 kami selesai packing dan mulai treking menuju Cibom yang menurut pak Woto sebagai tour guide kami jarak antara Cidaun ke Cibom dapat ditempuh dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Maka dimulailah perjalanan ini dengan melalui jalan setapak, keluar masuk hutan serta menipir bibir pantai menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menantang. selama perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah baik dari pemandangan pantai dan suasana hutan yang seakan mengajak kami untuk kembali mendatangi Ujung Kulon kelak.

Wah mau masuk air lagi

Wah mau masuk air harus antri nih...

Entah kami sudah menyeberangi berapa sungai dan muara karena banyak sekali hingga tak terhitung. Jalan juga tampak semakin berat saat melalui jalan berlumpur kebetulan aku memakai sepatu treking jadi tidak bermasalah namun jika memakai sandal dipastikan akan sangat repot berhubung jalur yang sangat licin apalagi pada musim penghujan ini, masih untung jika mengunakan sandal gunung bila sandal jepit…? ( Hehehe…. gimana Vera sandalnya…… 😀 ) pasti akan putus karena terbenam lumpur…. hehehe…. ya bisa aja diakali dengan mencari pasangan dari beberapa sandal lain yang kebetulan dapat ditemukan di beberapa  tempat sepanjang perjalanan….

Cikembang didalam sana masih banyak buaya rawanya loh...

Cikembang didalam sana masih banyak buaya rawanya loh...

Selama perjalanan pak Woto menerangkan nama2 sungai namun karena banyaknya aku sempat lupa dan hanya ingat beberapa saja seperti sungai Cikuya dan Cikembang. Kami juga sempat menjumpai sebuah pohon yang unik menurut pak Woto pohon yang dinamakan “Turalak” ini buahnya mirip seperti buah sawo dan dapat dimakan. Sayang karena masih muda kami tidak dapat mencobanya kebetulan juga perut kami sudah mulai keroncongan menahan lapar…. hehehe… kalau ini sih sudah bawaan…. 😀

Sedang enak2nya kami berjalan tiba2…..!! Sreseeettt….. Gedubrak….!!! Kraaaakkk…. Bruuuaaakk…..!!! Wah pasti badak nih pikirku dalam hati sambil bersiap siap mau memanjat pohon begitu aku menoleh kebelakang ternyata badak tersebut adalah Wahyu yang terjatuh hingga mematahkan 2 buah batang pohon yang lumayan besar….. Hahahaha…… kami juga sempat beristirahat di sekitar pantai untuk minum dan makan cemilan serta membersihkan pasir yang banyak menempel di celana apalagi sampai masuk ke dalam sepatu….

Pohon Turalak

Pohon Turalak

Gusur jatuh hingga mematahkan 2 buah pohon

Wahyu jatuh 2 buah pohon patah...!!!

Jalur yang akan dilalui

Jalur pantai yang akan dilalui

Sekitar pukul 13:30 akhirnya kami tiba di Cibom ternyata banyak pengunjung disitu yang sedang menginap mungkin sekitar 25 – 30 orang.

Karena terlalu banyak yang menggunakan tenda dan lahan pun terbatas serta suasana sangat ramai yang lebih mirip acara party dihalaman belakang rumah….. Halah…… maka kami memutuskan untuk bermalam di Tanjung Layar saja. Di Cibom kami hanya beristirahat saja sambil makan siang dan setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Tanjung Layar yang menurut kabar di sana tidak ada orang dan yang pasti jauh suara2 orang teriak2 dan mengganggu.

Cibom

Cibom

Cibom

Cibom

Sunset dari Cibom

Sunset dari Cibom

Cibom – Tanjung Layar

Setelah selesai makan siang sekitar pukul 15:15 kami melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Layar dengan prakiraan jarak tempuh sekitar 1 jam. Kami melalui jalan yang becek dan berlumpur padahal sebelumnya ingin menyusuri pantai namun karena air laut sedang pasang kami urungkan niat tersebut dan kembali meniti jalan setapak ini.

Melalui lubang pada akar pohon

Melalui lubang pada akar pohon

Sepanjang perjalanan ini kami disuguhkan pemandangan hutan yang indah serta suara2 burung yang  berkicau dan kami melalui jalan setapak yang telah dibuat sejak jaman belanda dan masih utuh sampai sekarang, lumayanlah dari pada melintasi jalan berlumpur lagi… hehehe….. ini jauh lebih baik.

Kami sempat juga mampir di mercu suar yang dijaga oleh 2 orang penjaganya dan sempat berfoto foto disini ( hehehe… mumpung sempat ) setelah itu kami kembali berjalan dan menemukan pertigaan kekanan dan kekiri. Jalan kekanan yang mendaki ke arah bukit karang adalah tempat dimana dahulunya terdapat mercu suar buatan belanda yang hancur terkena batu saat gunung krakatau meletus sedangkan jalur kekiri mengarah ke Tanjung Layar, dan kami memilih jalur kekiri ini yang mengarah ke Tanjung Layar…. kok gelap ya……? Ya iyalah…. hal ini disebapkan semakin kecilnya jalan dan semakin rapatnya hutan di sekitarnya…… hehehe….. 🙂

Bekas penjara di jaman belanda

Penjara belanda

Tidak lama kami berjalan kami menemukan sebuah bangunan tua yang menurut petugas mercu suar bangunan tersebut adalah bekas penjara yang di buat pada jaman pemerintahan belanda dan difungsikan untuk memenjarakan para pekerja mercu suar pada jaman itu hingga meninggal…. hiiii… Namun dinding bangunan penjara ini tetap nampak kokoh mungkin dikarenakan penataan dindingnya yang sangat tebal, dua kalinya lebih tebal dari tembok2 pada bangunan jaman sekarang.

Jalan setapak buatan belanda

Jalan setapak yang dibuat pada jaman belanda

jalan menuju mercu suar buatan belanda

Jalan menuju mercu suar buatan belanda

Diantara petugas mercu suar

Diantara petugas mercu suar di Tanjung Layar

Sore hari sekitar pukul 16:00 kami tiba di Tanjung layar dan…… Wooow… pemandangan yang disajikan  sungguh indah dimana sisi kanan berjajar dengan megahnya tebing tebing karang dan disisi kirinya terhampar padang rumput dan semak yang lebih mirip menyerupai taman lengkap dengan bukit2nya, belum lagi cipratan ombak dibelakang karang yang sangat tinggi hingga hampir menimpa kami. Kami pun segera berfoto foto ria dan mendirikan tenda di tempat ini, serta mempersiapkan  segala sesuatunya untuk bermalam nanti sedangkan pak Woto memilih menginap di mercu suar karena sedang drop kondisi badannya dan akan kembali esok pagi tuk menjemput kami. Setelah makan malam kami beristirahat sambil menunggu pergantian tahun malam nanti…. zzz… zz…. z…

Tanjung Layar

Tanjung Layar

Ombaknya dasyat....!!

Ombaknya dasyat

Tanjung Layar

Keren kan.... !!!

Malam tahun baru ini kami merayakan didalam tenda saja karena diluar gerimis terus serta angin yang sepertinya tidak bersahabat, ya sadar tidak sadar ternyata Wahyu memasang alarm tepat dan jam 24:00 dan ia berkata selamat tahun baru tapi tidak ada yang menyahut, tak lama samar2 terdengar ada yang membalas ucapan tersebut tapi entah siapa aku sendiri tetap memilih tidur ngerungkel di dalam sleeping bag saja hehehe…… tanpa memperdulikan suasana diluar tenda dimana  angin sangat kencang dan gerimis…. 😀

Tanggal 1  januari aku bangun sekitar pukul 06:00 dan tenda sudah kosong tinggal Wahyu saja yang masih tersisa saat ku keluar tenda pemandangan tampak lebih indah dari kemarin mungkin karena  kondisi tidak hujan dan tahun baru…. Halah…. Saat pagi hari ombak tampak lebih kecil dibandingkan saat sore hari dan burung2 camar serta elang laut tampak semakin ramai beterbangan di atas kami sambil memanfaatkan arah angin dari barat untuk membuatnya tetap melayang dengan tenang di udara.

makan pagi

Santai2 dulu

Setelah sempat berembuk untuk menentukan  tempat dimana kita akan di jemput pulang apakah melalui Cibom atau Cidaun maka kami memutuskan untuk pulang melalui Cibom,  namun karena di Cibom tidak ada dermaga maka kami harus menggunakan perahu boat. Dan sekitar pukul 07:00 pagi aku ditemani pak Woto langsung ngacir menuju Cibom untuk memesan perahu boat kepada pak Komar yang kebetulan saat ini sedang berada di Cibom untuk mengatur kepulangan rombongan pengunjung yang kemarin sempat kami temui di Cibom.

Laut disekitar Tanjung Layar

Laut disekitar Tanjung Layar

Rute Tanjung Layar – Cibom aku kebut dengan pak Woto sekitar 30 menit dimana kaki yang sudah sangat belepotan oleh lumpur sudah tidak sempat dibersihkan demi menemui pak Komar karena takut pak Komar sudah bertolak ke Taman Jaya. Setelah sampai di Cibom suasana telah sepi sempat kami celingak celinguk apakah masih ada orang….? Dan ternyata rombongan pengunjung  kemarin sedang mengantri perahu boat di pantai dan pak Komar sibuk mengatur barang2 yang akan dinaikan ke atas kapal. Huh…. untung masih sempat memberitahukan pak Komar bahwa kami besok minta di jemput di Cibom dengan perahu boat. Setelah urusan perahu selesai aku dan pak Woto kembali menuju Tanjung Layar untuk makan pagi….. gara2 tadi ngebut di perjalanan jadi laper nih ……. 🙂

Mercu suar dilihat dari Tanjung Layar

Mercu suar dilihat dari Tanjung Layar

Pukul 11:30 kami kembali lagi menuju Cibom karena agar gampang besok dalam proses penjemputan di pagi hari dan kami tidak terburu buru bila kapal datang pada pagi hari… hehehe…. takut kesiangan… hahaha…. dasar pemalas….!! Sesampainya di Cibom ternyata ada rombongan lain yang baru tiba ternyata rombongan yang terdiri dari beberapa orang dewasa dan anak2 itu akan melakukan ziarah di Sanghyang Sirah yang menurut guide yang mengawal mereka di situ terdapat makam Prabu Siliwangi yang terletak di dalam sebuah goa dan di jaga oleh seekor burung beo.

Shelter di Cibom

Shelter di Cibom

Setelah rombongan penziarah tadi berangkat ke Sanghyang Sirah tinggal kami saja yang berada  di Cibom maka….. kesempatan untuk menjajah shelter dan mendirikan tenda didalamnya agar lebih hangat saat tidur di malam hari nanti……. 🙂

Sore harinya kami sempatkan berenang di Cibom namun ternyata karang semua di sekitar pantainya jadi ya tetep pelan2 berenangnya…… halah tetep maksa hehehe……. Setelah puas kami bermain main di sekitar pantai kami mandi di muara sungai yang airnya sueger banget dan dingin pula hiiii….. enak banget deh pokoknya. Di Cibom kami mengobrol hingga larut malam dan entah sudah jam berapa saat mata ini sudah tak sanggup menahan kantuk….. zzz…. apalagi di tambah dengan menu racikan masakan yang dimasak oleh Wahyu serta makan beberapa cemilan yang kami bawa lengkap dengan teh manis hangat dan kopi susunya….. nyam… nyam…. 🙂

Kembali ke pulau Peucang untuk menjemput rombongan turis asing

Kembali ke pulau Peucang untuk menjemput rombongan turis asing

Pagi harinya sekitar pukul 07:30 disaat kami sarapan kami melihat sebuah kapal mendekati Cibom dan ternyata itu kapal milik pak Komar  yang akan menjemput kita dengan menarik perahu boat kecil di belakangnya dengan kapasitas 5 orang… pasti biar irit bensin nih makanya ditarik hehehe….. Oh ya tarif menyewa perahu boat ini seharga 250.000,- cukup mahal juga ya…. tapi biarlah yang penting bisa pulang hehehe…. Segera kami mengemasi barang2 kami dan menuju pantai dimana perahu boat sudah siap menunggu disana. Pukul 08:30 kami bertolak ke pulau Pucang untuk menjemput rombongan asal jakarta yang ketika berangkat bergabung dengan rombongan kami sekaligus menjemput 2 orang wisatawan asing yang berlibur di pulau Peucang. Dan tentu saja Nawang yang sempat bersenorkeling ria di pantai Peucang “Hallo Nawang kita bertemu lagi”……… hehehe….. 😀

Terjun....!!!

Terjun....!!!

Kami tiba di Pulau Peucang pukul 08:45 dan menunggu di kapal dan berpikir ” kok rombongan yang lain belum pada siap ya, katanya sudah pada mau pulang…? ” ternyata jadwal pulang ke Taman Jaya masih lama sekitar pukul 10:30 wah tanpa pikir panjang inilah kesempatan berenang di pulau Peucang maka kami segera melompat dari kapal dan Byuuurr….. hehehe aji mumpung…. 😀   Untung Tieca sempat mengambil foto saat aku dan Andris terjun dari kapal. Berenang di pulau Peucang seakan akan berenang di aquarium karena airnya yang sangat jernih dan kami pun sempat bersenorkling dengan meminjam alat senorkling dari awak kapal, selama berada di laut kami selalu  dikelilingi ikan2 kecil yang berseliweran di sekitar kami….. pokoknya engga rugi……

Sangat bening airnya

Sangat bening airnya

Pantai Peucang

Pantai Peucang

Pantai Peucang

Pantai Peucang


Peucang – Sumur – Taman Jaya

Sekitar pukul 10:40 kami pulang meninggalkan pulau Peucang serta berbagai kenangan saat berada di sana, sepanjang perjalanan pulang ini kembali kami melalui ombak yang besar walau tidak sebesar saat kita berangkat beberapa hari yang lalu namun… malah disambut guyuran hujan yang sangat deras hingga para penumpang yang berada di geladak dipastikan basah kuyup. Dan tidak lama kemudian saatnya makan coktail rambutan yang telah kami persiapkan sebelumnya…..wuiih segeeer…..

Kami tiba di sumur pada pukul 14:30 dan menunggu sekitar 30 menit saat pak Komar mengantarkan ke 2 turis asing tersebut ke pelabuhan, wah lama juga ya sampai mual terombang ambing di kapal ditambah hujan lagi…. hehehe…. Tak lama pak Komar datang dan kami langsung menuju ke Taman Jaya dan ternyata ketika menunggu tadi, pak Komar sempat membelikan nasi bungkus yang dipersiapkan  sebagai menu makan siang dan dengan lahap kami segera menikmatinya di atas kapal sambil tidak lupa suguhan pisang gorengnya mmmmm….. nikmat, sambil kapal terus melaju menuju ke Taman Jaya.

Foto sebelum Pulang

Foto sebelum Pulang

Sekitar pukul 16:00 kami tiba di Taman Jaya setelah beristirahat dan mandi2 dahulu kami berpamitan kepada pak Komar untuk kembali ke jakarta. Setelah semua barang di cek dan dipastikan tidak ada yang tertinggal kami akhirnya kembali meluncur menuju jakarta pada pukul 18:30 dengan rute melalui carita karena sudah pasti jalan tidak akan macet karena masa liburan yang sudah habis. Selamat tinggal Ujung Kulon dengan kenangan dan pemandangannya yang sangat indah, suatu saat kami pasti akan kembali………

*****

Tahun Baru – Tempat Yang baru – Serta Teman2 Baru

*****

Thanks to : Andris, Wahyu, Vera, Tieca & Nawang………. 😀

Pak komar (Taman Jaya), Pak Iwan (WWF), pak Woto (Guide), Petugas2 mercu suar di tanjung layar dan pengelola Taman Nasional Ujung kulon.

<

Daftar harga yang sempat aku catat :

  • Jakarta – Serang ( Bis Ac ) : 18.000,-
  • Serang – Labuan ( Bis ) : 20.000,-
  • Labuan – Sumur ( Elf ) : 25.000,-
  • Sumur – Taman jaya ( Elf ) : 25.000,-
  • Sumur – Taman Jaya ( Ojek ) 60.000,- / 70.000,-
  • Penginapan Sunda Jaya : 50.000,-/hari
  • Makan : 10.000,- / 15.000,-
  • Sewa kapal ( kapasitas 20 0rg ) Taman Jaya – Ujung Kulon, : 1.500.000,-/pp.
  • Sewa bout ( jemput dari Cibom ) : 250.000,-
  • Jasa Guide : 100.000,-/hari ( belum termasuk makan & rokok )
  • Karcis masuk pengunjung UK : 2.500,-
  • Izin mendirikan tenda : 10.000,-
  • Sewa kamar ( pulau Peucang ) : 300.000,-/hari sampai 700.000,- /hari tergantung fasilitas yang  didapat.
  • Sewa barak penginapan ( pulau Peucang ) : 150.000,-./hari (menampung 6 – 8 org).

Biaya yang aku keluarkan :

  1. Patungan bensin / pp : 300.000,- dibagi 6 org = 50.000,-
  2. Sewa kapal / pp : 1.500.000,- dibagi 12 org = 125.ooo,-
  3. Guide / 3 hari : 300.000,- dibagi 5 org = 60.000,-
  4. Karcis masuk taman nasional UK = @ 2.500,-
  5. Izin buka tenda : 10.000,- dibagi 5 org = 2.000,-
  6. Sewa perahu boat – Cibom : 250.000,- dibagi 5 org = 50.00o,-

Total pengeluaran tanpa digabung keperluan logistik / keperluan lain mulai tanggal 29 desember  – 3 januari = 289.500.- saja…. ini baru backpacker…… 😀

>

:mrgreen:

—– Selamat Traveling —–